Kamis, 06 Oktober 2016

Berbuat Baik Selagi Masih Bisa dan Ada Waktu

Beberapa waktu lalu, ada peristiwa yang menakutkan (menurut saya). Lebih tepatnya mengerikan deh. Saya memang ngeri dan mual kalau melihat orang berdarah-darah. Baik secara langsung maupun melalui media tertentu.

Peristiwa itu adalah kecelakaan mobil dan motor yang terjadi di jalan raya depan rumahku tempo hari. Mobil yang dikendarai oleh seorang pedagang kerupuk mentah atau biasa disebut krecek itu melaju kencang sekali dari arah timur menurut saksi yang melihat langsung. Sedangkan dari arah berlawanan (barat) melaju pula 3 motor.

Motor yang paling depan adalah motor bebek lawas yang dikendarai oleh lelaki setengah baya dan membonceng lelaki tua. Sisanya, artinya 2 motor yang lain dikendarai oleh seorang wanita yang masing-masing mengendarai motor sendirian. Salah satu dari wanita itu diketahui sedang dalam masa kehamilan (usia kehamilannya 6 bulan).

Mobil yang melaju ke arah barat itu melewati pembatas jalan dan menerjang 3 motor yang berlawanan arah dengannya lalu masuk bersamaan kedalam sungai depan rumah. Tragis sodara-sodara, dalam kejadian tersebut menewaskan dua orang seketika, sedangkan yang lain luka parah. Korban meninggal adalah 2 orang lelaki yang berboncengan tadi. Sedangkan korban luka parah segera dilarikan ke RS terdekat.

Saya yang saat kejadian terjadi sedang bersiap-siap keluar rumah dan mengeluarkan motor dari teras rumah. Saya benar-benar terkejut tidak karuan, lalu melihat kejadian tersebut dari tempat saya berdiri, yaa kira-kira 100 meter dari TKP. MasyaAlloh, saya lemas di tempat melihat seorang ibu separuh baya yang oleh orang-orang sekitar TKP diusahakan agar keluar dari mobil.

Saya lebih lemas gak karuan saat melihat jasat dari korban tewas yang diangkat dari sungai bersimbah darah dari kepala sampai kakinya, namun hanya disebelha kanan saja. Tidak hanya lemas namun juga mual melihatnya langsung. Sementara orang-orang di sekitar TKP berlarian, ada yang mencarikan air untuk diminum oleh korban, ada yang lari ke kakntor polisi (rumah saya dekat dengan kantor polisi, kira-kira 250 meteran), ada pula yang ngeri seperti saya kemudian kembali ke tempat semula.

Selan peristiwa itu, Eyang saya baru saja meninggalkan keluarga tercintanya. Beliau berpulang ke hadirat Alloh yang lebih menyayanginya. Eyang meninggal setelah selama 4 hari menjalani pengobatan di Rumah Sakit Swasta di daerah Pare, Kediri.

Sebagian tubuh eyang mengalami stroke, namun Beliau sudah tidak mampu membuka mata dan mulutnya untuk berkomunikasi dengan anak, suami dan cucu-cucunya. Beliau sudah tidak sadarkan diri ketika masih berada di rumah dan begitu pula saat berada di RS. Beliau mengalami koma selama 4 hari dan meninggalkan kami sekeluarga.

Kira-kira pukul 00.15, pada hari Senin tanggal 5 September 2016 atau dalam tahun Hijriyah adalah 3 Dzulhijjah 1437 H, , eyang menghelakan nafasnya yang terakhir. Beliau meninggalkan suami, 5 orang anak dan mantu, 15 cucu, 6 cicit.

Saya sempat terkenang apa yang Beliau wejangkan kepada saya pada hari raya kemarin. Beliau memeluk dan membisikkan suaranya yang tua namun bersahaja itu dengan sangat pelan dan diulang-ulang. Saya menduduk dan selalu mengiyakan yang Beliau katakan. Terimakasih eyang, saya paham dan pasti saya lakukan pesan panjenengan itu, pasti.

Tak lama setelah berpulangnya eyang, saya dan adekku mengalami kecelakaan motor. Tepatnya pada hari Sabtu tanggal 10 September 2016, dan hari itu adalah malam ke-7 setelah eyang meninggal.Saya bersyukur masih diberi umur panjang dan kesehatan setelah mengalami kejadian tersebut. Begitu pula adekku, dia hanya mengalami pegal-pegal di tubuhnya serta lecet di beberapa tangan dan kaki. Hanya saja, kami mengalami kerugian yang cukup banyak untuk membenahi motor yang saya gunakan.

Serangkaian peristiwa yang saya alami membuat saya terpikit tentang sesuatu. Yang pikiran itu muncul ketika saya sedang merenung menjelang tidur malam.

Saya takut ketika diri ini belum sempat memberi manfaat untuk orang lain, membantu atau setidaknya membuat orang lain tersenyum tulus pada saya, Tuhan menetapkan waktu saya. Memendekan waktu ibadah saya, lalu memanggil saya menghadapNya. Betapa hal itu selalu terngiang ketika malam.

Saya takut tidak membawa satu amalan pun ketika menghadapNya, karena masih sering tidak ikhlas, masih sering melakukan sesuatu hanya untuk disenangi orang lain sedangkan apakah Tuhanku menyukainya, masih sering tutup mata dan telinga ketika yang lain mengalami kesusahan, masih sering dendam dan masih sering lainnya yang keluar dari garis peraturanNya. Padahal saya sudah diingatkan dengan berbagai peristiwa yang terjadi disekitar saya. Maafkan saya Gustiii!

Saya masih ingat pada secarik kalimat yang berasal dari buku perpustakaan saat masih Aliyah dulu. Begini kalimatnya “berbuatlah baik sesegera mungkin, selagi masih bisa dan ada waktu”. Iyap. Saya saat itu belum tersentuh dengan kekuatan kalimat ini. Namun semakin kesini, saya rasa memang benar, lakukanlah kebaikan sebanyak mungkin dalam waku sesegera yang kita bisa.

Hm. Yaa Tuhan kami, tolonglah kami dalam membenahi akhlak dan tindakan. Semoga Tuhan selalu merahmati dan mengampuni kita. Aamiin. 


#OneDayOnePost

eL’s

Kediri, 6 Oktober 2016

2 komentar: